Jeruk Jepara
Jeruk Jepara
alias Jeruk Swing dengan nama
latin (Limnocitrus littoralis (Mig)
Swing), tanaman ini memiliki kekuatan yang luar biasa. Antara lain tahan
penyakit dan mampu hidup di tanah berpasir yang berkadar garam tinggi. Juga
banyak terdapat di daerah rawa-rawa di pinggir pantai dan tepian sungai dekat
pantai. Sifat pertumbuhan tanaman mirip sekali dengan pohon bakau.Ketika hampir
seluruh tanaman jeruk di pantai utara Jawa Tengah terserang penyakit, ternyata
jeruk jepara masih tetaptegar bertahan, sehat dan tidak terkena pengaruh
apa-apa. Ini membuktikan bahwa jeruk jepara cukup ampuh dan dapat dipergunakan
sebagai batang bawah jeruk komersial yang mudah terserang penyakit. Sebagai
batang bawah kemungkinan besar jeruk jepara dapat digunakan sebagai ‘anti’
penyakit CVPD.
Pernah Punah
Jeruk Jepara alias jeruk swing
(Limnocitrus littoralis (Mig) Swing) pernah dinyatakan punah/hilang oleh para
ahli botani Indonesia sejak tahun 1969. Hilangnya jeruk jepara ini sangat
menarik perhatian, ketika seorang ahli buah-buahan dari Hawaii, Hamilton, pada
tahun 1969 mengirim surat kepada Kebun Raya Bogor. Ia meminta kepada pihak
Kebun Raya Bogor agar dikirimkan jeruk jepara dengan harapan dapat diwariskan
bakat/sifat genetiknya secara khusus pada bibit-bibit jeruk baru yang sedang
dikembangkannya. Permintan Hamilton terpaksa tidak dapat dipenuhi, sehubungan
tanaman yang dimaksud telah punah. Sebelum pernyataan itu disampaikan kepada
yang bersangkutan, petugas dari LBN (Lembaga Biologi Nasional) telah mencari di
sepanjang pantai Rembang dan Jepara, tetapi hasilnya nihil.
Ditemukan lagi
Setelah puluhan tahun dalam pencarian,
ternyata tanaman tersebut masih terdapat di tempat asalnya. Hidup dalam keadan
liar dan jauh dari perawatan. Penemunya adalah Sutomo, Karyawan Dinas Pertanian
Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Oleh Sutomo dijelaskan bahwa tanaman langka
tersebut dilihat pertama kali pada tahun 1979. tapi waktu itu belum mengusik
hatinya, sehubungan pengetahuannya tentang jeruk masih terbatas. Beberapa tahun
kemudian setelah kuliah di Fakultas Pertanian UGM Yogyakarta, ia baru
mengetahui bahwa apa yang dilihatnya ternyata sedang dicari-cari. Kemudian
didatangilah lokasi semula, pada tanggal 6 Oktober 1984, dan ternyata masih
dijumpai tanaman jeruk jepara yang masih berada pada kondisi yang utuh. Oleh
penduduk setempat tanaman liar ini disebut jeruk-jerukan, buahnya hanya dipakai
untuk pengisi ketapel. Untuk menguji kecuigaannya, Sutomo mengambil beberapa
contoh daun, bunga, dan buah dari tanaman yang ditemukannya itu untuk diteliti
di Laboratorium Fakultas Biologi UGM dan LBN Bogor. Dan ternyata hasilnya
positif, bahwa tanaman tersebut adalah Limnocitrus littoralis yang pernah
dinyatakan hilang itu. Pengakuan oleh LBN Bogor dituangkan dalam surat Direktur
LBN Bogor Dr. Setiyati sastropradja dengan surat keputusan tanggal 17 Oktober
1984 lewat surat Dekan fakultas Biologi UGM Prof. Ir. Moesa Soeryowinoto
mempertegas jenis tanaman yang ditemukan oleh Sutomo itu adalah tanaman jeruk
jepara yang pernah disangka punah. Oleh Prof. Moesa dinyatakan pula bahwa nama
baru jeruk jepara adalah Pleiospernium littorale (Mig) Tanaka.
Penemu Jeruk Jepara
Jeruk jepara ditemukan pertama kali
oleh J.E. Teijsman pada tanggal 6 Oktober 1854 di Pantai Lasem, Rembang.
Tanggal 24 Agustus 1930 dibuat koleksi khusus jeruk ini di pantai dekat
Lendang, kurang lebih 40 km sebelah timur kota Rembang. Pohon jeruk jepara
berupa perdu setinggi ± 3 m, tumbuh menggerombol dan diduga keras karena tumbuh
dari persemaian biji. Bentuk dan rasa buah tidak menarik, karena tidak
mengesankan seperti jeruk keprok atau jeruk nipis. Buahnya berdiameter sekitar
3-5 cm. Di dalamnya ditemukan 5 ruangan, yang masing-masing terisi 2 biji.
Rasanya masam bercampur asin.
Manfaat
Kandungan air dalam buah sangat minim.
Jadi isi buah tidak enak dimakan. Namun tanamani ini memiliki kekuatan yang
luar biasa. Antara lain tahan penyakit dan mampu hidup di tanah berpasir yang
berkadar garam tinggi. Juga banyak terdapat di daerah rawa-rawa di pinggir
pantai dan tepian sungai dekat pantai. Sifat pertumbuhan tanaman mirip sekali
dengan pohon bakau. Ketika hampir seluruh tanaman jeruk di pantai utara Jawa
Tengah terserang penyakit, ternyata jeruk jepara masih tetaptegar bertahan,
sehat dan tidak terkena pengaruh apa-apa. Ini membuktikan bahwa jeruk jepara
cukup ampuh dan dapat dipergunakan sebagai batang bawah jeruk komersial yang
mudah terserang penyakit. Sebagai batang bawah kemungkinan besar jeruk jepara
dapat digunakan sebagai ‘anti’ penyakit CVPD. Selain di Jepara, Rembang,
jenis jeruk ini juga terdapat di Kepulauan
Riau
dan Vietnam. Tapi dengan sifat plasma
nuftah yang berbeda. Di Riau jenis jeruk ini ditemukan oleh Ismail Husain,
pegawai kantor kehutanan Selat Panjang. Tanaman jeruk jepara di daerah Riau ini
ditemukan di pulau Rangsang pada tahun 1980.
Baca juga manfaat Jeruk Purut
No comments:
Post a Comment